GEJOLAK SOSIAL POLITIK INDONESIA
TAHUN 1966
Oleh: RIZKY AMALIA NUGRAHANI
JUDUL PUISI : KARANGAN BUNGA
PENULIS : TAUFIQ ISMAIL
TAHUN : 1966
Puisi ini menceritakan tentang demonstrasi
pada tahun 1966 puncak reaksi rakyat indonesia yang dimotori oleh mahasiswa
UI menentang kepimpinan orde lama yang dianggap menyimpang dan tidak mampu lagi
menyelsaikan masalah-masalah besar. Rasa turut berduka cita atas meninggalnya
salah satu mahasiswa yang bernama Arif Rahman Hakim yang tertembak mati, yang
digambarkan melalui sebuah “karangan bunga” dapat dilihat pada baris kedua pada
bait kedua” pita hitam pada karangan bunga” pita hitam dilambangkan sebagai rasa turut berduka yang disampaikan
melalui sebuah karangan bunga. Puisi ini bertemakan tentang kepahlawanan.
Amanat dalam puisi ini semangat pantang menyerah dalam perjuangan menegakkan keadilan. Karena untuk
menegakkan keadilan sangatlah tidak
mudah terkadang nyawa juga dapat di pertaruhkan.
Majas yang digunakan dalam puisi ini
ialah majas perbandingan/asosiasi. Hal ini terlihat pada bait “tiga anak kecil”
yang menggambarkan Tiga Tuntutan Rakyat(TRITURA),juga terdapat pada judul puisi
itu sendiri serta pada bait kedua. Hampir semua kalimat dalam puisi ini
menggunakan majas asosiasi. Pada bait pertama” tiga anak kecil dalam langkah
malu-malu ”memiliki makna yang sangat berbeda dari tulisan harfiahnya. Tiga
anak kecil simbol Tritura yang diteriakkan oleh rakyat Indonesia yang telah
terlalu lama tunduk pada pemerintahan Soekarno dan takut untuk berubah (dilambangkan
dari kalimat “dalam langkah malu-malu”). Menggunakan citraan penglihatan dan
bersajak bebas.
Puisi ini mempunyai keunggulan
yaitu:
1.
Puisi
ini tidak sekedar sebuah imajinasi tetapi lebih mengangkat sebuah realita
sosial(puisi ini dibuat pada tahun 1966 yang dibuat oleh Taufiq Ismail dengan
mengangkat masalah demonstrasi dan PKI pada saat itu)
2.
Kata-katanya familiar namun
membutuhkan kontemplasi yang mendalam. Artinya, pembaca seolah-olah diajak
untuk merenungi tragedi yang terjadi saat itu.
3.
Diksi yang dipilih oleh Taufiq Ismail sangat
unik dan lebih condong ke makna konotasinya.
4.
Puisi ini lebih bersifat sugestif
(bahasa yang menyaran dan memengaruhi pikiran pembaca) dan juga bersifat
asosiatif (mampu membangkitkan pikiran dan perasaan yang merembet pada
peristiwa penembakan Arif Rahman Hakim, karena Taufiq mengatakan, “bagi kakak
yang ditembak mati siang tadi”).
Adapun kelemahan yang terdapat di
dalam puisi tersebut adalah jika dilihat secara tersurat, kita akan melihat
setiap kata maupun kalimat pada tiap barisnya adalah kata atau kalimat yang sangat
dekat dengan kita. Namun, jika dilihat dari segi penafsiran dan analisis maka
kita akan cukup merasakan kesulitan dalam menganalisisnya karena di dalamnya
menggunakan kata-kata berkonotasi yang cukup rumit apalagi jika tidak
mengetahui latar belakang ditulisnya puisi ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar